Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket

POLA PENGKADERAN PMII KOORCAB JAWA TENGAH

Diposkan oleh admin On 3:15 AM

Sumber: Draft Term Of Reference Konsolidasi PMII Struktural dan Region I Jawa Tengah

A. Pendahuluan

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang telah berusia 47 tahun, masih terus bersabar untuk menjadi organisasi pergerakan yang sungguh-sungguh pergerakan. Waktu dan pengalaman sejarah panjang bangsa ini masih belum cukup membuat kita belajar bagaimana marancang dan melakukan sebauh organisasi pergerakan di sebuah multikompleks seperti Indonesia.

Sebagai bagian kecil dari kenyataan masyarakat Indonesia, tantangan besar pengkaderan dan pendidikan di PMII sesungguhnya tidaklah unik. Kita bersama di PMII saling berhadapan dengan manusia-manusia yang secara histories dibesarkan dalam arena yang sangat terbuka. Sementara disisi kognisi kita dapat menyerap segudang pemikiran dari yang paling kiri sampai yang paling kanan, bahkan telah mahir mengakses fasilitas teknologi informasi, namun bawaan mental yang tercipta secara histories boleh jadi masih tetap purba. Fakta tersebut harus menjadi refleksi baik dalam mengkader maupun proses berorganisasi yang lain. Bahkan demi kerendahan hati yang secara moral bernilai baik, melainkan untuk membantu kita sendiri dalam menghitung posisi dan kekuatan PMII di tengah medan gerakan nasional dan global.

B. Pandangan Umum Pengkaderan

“Upaya perbaikan apapun harus dimulai dari pendidikan” (PB PMII, 2002). Di PMII pendidikan dipraktekan secara lebih khusus dalam pengkaderan. Melalui pendidikan, pengkaderan tidak semata-mata hendak menjadikan manusia terdidik secara intelektual, berwawasan dan terampil secara teknis. Melainkan juga membekali atau lebih tepatnya mengingatkan individu atas tugas-tugas kekhalifahan yang harus diemban manusia sebagai hamba tuhan (‘abdullah). Selain itu juga pengkaderan bermaksud membangun keperpihakan individu terhadap masyarakat besar darimana ia berasal. Sehingga pengetahuan dan keterampilan individual apapun yang ia peroleh dari PMII ataupun dari luar, setelah mengikuti pengkaderan PMII seorang kader dharapkan akan mengabdikan pengetahuan dan keterampilan tersebut bagi kolektivitas. Bukan sebaliknya diabdikan untuk kebesaran dan kejayaan individu.

Disini tugas besar pengkaderan PMII. Bila dirinci, kurang lebih ada tiga titik tekan umum yang hendak dicapai dalam pengkaderan PMII. Pertama membangun individu yang percaya akan kapasitas individualnya sekaligus memiliki keterikatan dengan kolektivitas. Yakni individu yang menemukan kesadaran subyek namun pada saat yang sama tetap berkesadaran primordial.

Kedua membebaskan individu dari belenggu-belenggu yang tecipta selama berabad-abad sepanjang sejarah nusantara, tanpa memangkas individu dari sejarah itu sendiri. PMII mengidealkan lahirnya kader yang tidak mudah menyerah oleh takanan sejarah sekaligus mampu memahami bandul gerak sejarah serta mampu bergerak didalamnya.

Ketiga pengkaderan hendak membangun keimanan, pengetahuan dan keterampilan sekaligus. Pengetahuan bukan semata-mata oleh intelek, melainkan pemahaman kenyataan atau medan gerak. Di dalamnya termasuk tatapan kritis atas HAM yang telah kita perjuangkan dengan sepenuh hati ternyata bagi Eropa atau Amerika, HAM manjadi semacam alat negoisasi ekonomi. Keimanan penting bukan semata-mata PMII adalah Islam, melainkan dari sebuah elen vital dan keyakinan kader terhadap jalan gerak semakin diperkuat.

Pengkaderan PMII juga harus pula menjawab tiga pertanyaan besar yang pasti tersodor bagi setiap organisasi gerakan. Tiga pertanyaan itu ialah ruang macam apa yang menjadi medan gerak dan medan pertarungan PMII ? Kemudian siapa sesungguhnya PMII (atau kita secara kolektif) ? yang notabene adalah subyek, aktor dan pelaku pergerakan. Kemudian lagi di medan tersebut siapa yang menjadi musuh bagi PMII ?

C. Argumentasi Pengkaderan

Ada lima argumentasi pengkaderan di PMII, yaitu :

1- Pewarisan nilai-nilai (argumentasi ideal)

Pengkaderan sebagai media pewarisan nilai-nilai luhur yang difahami, dihayati dan diacu oleh PMII adalah nilai-nilai, seperti penghormatan terhadap sesama, perjuangan dan kasih-sayang. Nilai-nilai tersebut selain disampaikan melalui pengkaderan juga ditularkan dalam pergaulan sehari-hari sesama anggota/kader PMII

2- Pemberdayaan anggota (Argumentasi strategis)

Pengkaderan merupakan media bagi anggota dan kader untuk menemukan dan mengasah potensi-potensi individu yang masih terpendam. Secara lebih luas, pengkaderan merupakan upaya pembebasan individu dari berbagai belenggu yang menyekap kebebasannya. Sehingga individu lebih terbuka untuk menyatakan diri dan mengarahkan potensinya bagi tujuan perjuangan.

3- Memperbanyak anggota (argumentasi praktis)

Manusia selalu membutuhkan orang lain untuk dijadikan teman. Semakin banyak teman semakin manusia aman dan percaya diri. Hukum demikian berlaku dalam organisasi. Disamping itu kuantitas anggota sering menjadi indikator keberhasilan organisasi, meskipun tidak bersifat mutlak, setidaknya semakin banyak anggota, maka human resources organisasi semakin besar.

4- Persaingan antar kelompok (argumentasi pragmatis)

Hukum alam yang berlaku di tengah masyarakat adalah kompetisi. Dalam persaingan ditingkat pendek, cara yang sehat dan tidak sehat bercampur aduk dan sulit diperkirakan berlakunya. Melalui pengkaderan, PMII, menempa kadernya menjadi lebih baik dan ahli daripada organiasasi lain.

5- Mandat Organisasi (argumentasi administrasi)

Regenarasi merupakan bagian mutlak dalam organisasi, dan regenerasi hanya mungkin terjadi melalui pengkaderan. (baca : AD/ART PMII pasal 4). Melalui pengkaderan penggemblengan dan produksi kader dapat simanbang. Oleh karena menajadi mandate organisasi, maka pengkaderan harus selalu diselenggarakan.

D. Profil Kader PMII

Proses pengkaderan di PMII menuju pada satu titik, yakni menciptakan manusia ulul albab. Secara umum manusia ulul albabb ialah manusia yang peka terhadap keanyataan, mengambil pelajaran dari pengalaman sejarah, giat membaca tanda-tanda alam yang kesemuanya dilakukan dalam rangka berdzikir kepada Allah SWT. Sehingga kehidupan dunia selalu dijalani oleh manusia ulul albab dengan berpedoman pada peta yang telah disajian, baik melalui peristiwa alam, peristiwa sejarah masyarakat, serta firman-firman-Nya. Pengertian ulul albab disarikan dalam motto dzikir, fakir amal sholeh.

Secara lengkap kita dapat menyimak dalam QS. Al-Baqoroh (2:179), Al-Baqoroh (2: 197), Al-Baqoroh (2:269), Ali-Imrom (3:7-8), Ali-Imrom (3:190-191), Al-Maidah (5:99-100), Al-Ra’du (13: 19-20), Ibrahim (14:52), Shaad (38 : 29), Shaad (38:43), Az-Zumar (39:9), Az-Zumar (39:17-18), Az-Zumar (39:21), al-Mu’min (40: 53, 54, 55), At-Talaq (65: 8, 9, 10, 11).

E. Kader dan Pengkaderan

Di PMII sebutan kader disandang oleh anggota yang telah mengikuti Pelatihan Kader Dasar (PKD). Sementara ANGGOTA disandang oleh mereka yang talah mengikuti Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA), namun belum mengikuti PKD. Secara utuh dan lebih luas, kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi dapat tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetap akan membawa misi gerakan PMII hingga paripurna.

PENGKADERAN berarti proses bertahap dan terus menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu, yang memungkinkan kader dapat dapat mengembangkan potensi akal dan kemampuan fisik, moral dan sosialnya. Sehingga kader dapat membantu orang lain dan dirinya sendiri untuk memperbaiki keadaan sekarang dan mewujudkan masa depan yang lebih baik sesuai dengan cita-cita yang diidealkan, nilai-nilai yang diyakini serta misi perjuangan yang diemban.

SISTEM PENGKADERAN PMII adalah totalitas upaya pembelajaran yang dilakukan secara terarah, terencana, sistematik, terpadu, berjenjang dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi, mengasah kepekaan, melatih sikap, memperkuat karakter, mempertinggi harkat dan martabat, memperluas wawasan dan meningkatkan kecakapan insan-insan pergerakan agar menjadi manusia yang muttaqin, beradab, berani, santun, cerdik-cendikia, berkarakter, terampil, loyal, peka, mampu dan gigih menjalankan roda organisasi dalam segala upaya pencapaian cita-cita dan tujuan perjuangan.