Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket

Kecelakaan Nuklir yang Pernah Terjadi

Diposkan oleh admin On 8:28 AM


Menentang pembangunan PLTN... sumber energi lain masih banyak, kok tidak dimanfaatkan... contoh yang banyaaaakkkk di negara kita adalah panas bumi, matahari (all year long gitu loh), angin, laut...

sumber energi itu: 1. akan ada selamanya 2. energi bersih (artinya tidak banyak LIMBAH-nya) 3. ramah lingkungan...

kalau kita buat PLTN... kemana akan buang limbah radioaktifnya? yang simple saja tidak bisa, apalagi yang sangat membutuhkan skill khusus seperti ini...

contohnya seperti dibawah ini:

23 Juli 2007

Gempa, kebakaran dan kebocoran nuklir di Jepang

Kashiwazaki, Jepang — Gempa berskala 6.8 skala Richter mengguncang instalasi nuklir terbesar di Dunia hari Senin yang lalu (July 17), mengakibatkan terbakarnya sebuah transformer. Setelah kejadian tersebut, laporan-laporan tentang kebocoran-kebocoran lain di instalasi tersebut mulai terkuak.

Awalnya, pemilik PLTN yakni Tokyo Electric Power Company (TEPCO) menyatakan bahwa tidak terjadi kebocoran radioaktif. Namun setelah itu TEPCO mengakui adanya kebocoran kecil air yang mengandung material radioaktif. Ternyata volume kebocoran tersebut ditemukan lebih besar dari yang dilaporkan, dan air tersebut juga mengandung 50 persen lebih banyak kandungan material radioaktif dari yang semula diakui. Lebih jauh lagi, terungkap bahwa raturan barel-barel yang menyimpan limbah nuklir ternyata terguling akibat gempa dan puluhan tutupan barel-barel tersebut terlepas. Terungkap juga bahwa kandungan cobalt-60 dan chromium-51 terlepas ke atmosfir melalui cerobong pembuangan.

Sebuah Keberuntungan?

Tidaklah pantas mereka yang menyatakan bahwa masyarakat Kashiwazaki masih beruntung akan tidak lebih besarnya dampak gempa Senin kemarin. Ratusan masyarakat luka-luka akibat gempa dan sedikitnya 9 orang meninggal dan ribuan lainnya harus mengungsi. Bila saja salah satu dari empat reaktor yang ada mengalami gagal-fungsi pada sistem ‘coolant’ atau pendinginnya, akan terjadi bencana yang lebih besar lagi.

Berikut kutipan dari Citizens’ Nuclear Information Center:

Walaupun telah dilakukan penghentian operasional secara otomatis ketika gempa terjadi, bahan bakar di dalam pusat reaktor masih dalam keadaan sangat panas dan masih memerlukan aliran pendingin. Bila tidak, bahan bakar tersebut dapat meleleh dan melepaskan material-material radioaktif ke lingkungan sekitarnya. Dalam konsisi tertentu ledakan dapat juga terjadi.

TEPCO masih belum mengungkapkan apakah sistem transformer masih terus dioperasikan dan apakah generator darurat difungsikan.

Menurut koran Jepang Yomiuri Shimbun, TEPCO telah mengakui bahwa sistem tanggap darurat mereka tidak sepenuhnya sukses berfungsi dan pada saat bencana terjadi hanya empat pekerja yang ada untuk memadamkan api yang berkobar selama dua jam..

Tidak mengejutkan lagi

Dampak guncangan-guncangan yang terjadi ternyata lebih parah dari yang telah diperkirakan pada tahap PLTN tersebut dirancang-bangun, dan telah ada indikasi-indikasi baru bahwa ada jalur gempa yang sebelumnya tidak diketahui di bawah lokasi pembangkit nuklir itu. Jepang merupakan salah satu dari negara-negara di dunia yang rentan terhadap gempa, dan juga negara yang bergantung pada energi nuklir. Kedua hal tersebut bukanlah merupakan kombinasi yang bagus.

Lambatnya laporan-laporan tentang kebocoran-kebocoran maupun tumpahnya limbah tidak mengagetkan pada pemantau industri nuklir lagi. Namun hal itu kelihatannya semakin menguji kesabaran Pemerintah Jepang terhadap industri yang penuh skandal dalam dasawarsa terakhir ini.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyatakan, “Mereka terlalu lambat memberi sinyal darurat. Saya telah memberikan instruksi tegas bahwa sinyal bahaya harus dikeluarkan secepat mungkin dan seserius mungkin.” Lanjut Abe, “Mereka yang terlibat harus melihat kembali dampak perbuatan mereka.”

"Tenaga nuklir hanya dapat beroperasi dengan dukungan penuh dan rasa percaya masyarakat,” ungkap Abe pada media.

Tanggapan Perdana Menteri Abe di atas menunjukkan bahwa industri nuklir Jepang telah merusak rasa percaya masyarakat negara tersebut.

Energi nuklir tidak pernah aman, dan selalu menjadi lebih buruk akibat kombinasi kebohongan publik, penutupan fakta serta lokasi jalur gempa.

Telah Banyak Pelajaran

Industri nuklir di Jepang, khususnya TEPCO, tidaklah awam dalam menghadapi skandal-skanda.

Pada tahun 2002, tiga pejabat tinggi TEPCO mengundurkan diri setelah mengakui bahwa perusahaan itu telah melanggar regulasi-regulasi keselamatan dan juga telah memalsukan dokumen-dokumen di tiga instalasi pembangkit mereka (termasuk Kashiwazaki). Seluruh 17 reaktor TEPCO dipaksa tutup setelah intestigasi tersebut. Kebohongan-kebohongan publik industri tersebut ternyata telah berlangsung sejak tahun 1980an.

Contoh-contoh lain:

Maret 2007 – Terkuak bahwa fasilitas nuklir Hokuriku tidak mengungkapkan kepada publik maupun para pengawas nuklir tentang satu insiden serius di pembangkit nuklir mereka di Shika yang pada tanggal 18 Juli 1999 gagal mengontrol fungsi pipa mereka.

April 2006 – Terjadi tumpahan cairan radioaktif yang mengandung plutonium sebanyak 40 liter di sebuah instalasi pengolah nuklir di Rokkasho-Mura.

Agustus 2004 – Ledakan pipa di pembangkit nuklir Mihama mengakibatkan 5 pekerja meninggal dunia.

July 2002 – Kiriman butir-butir plutonium ditolak Jepang setelah terkuak bahwa British Nuclear Fuels memalsukan dokumen tentang prosedur keamanan dalam proses produksinya.

September 1999 – Kesalahan prosedur di Tokaimura menyebabkan lepas kontrol operasi selama tiga hari. Tiga pekerja meninggal setelah mengalami radiasi dan masyarakat setempat dievakuasi.

GREENPEACE adalah organisasi kampanye yang independen, yang menggunakan konfrontasi yang kreatif dan tanpa kekerasan untuk mengungkap masalah lingkungan hidup, dan mendorong solusi yang diperlukan untuk masa depan yang hijau dan damai.

posting asli di sini